Dr. Asnawan Si Anak Pulau, Akademisi dan Organisatoris
Asnawan lahir dari pasangan Bapak Zahra dengan Ibu Asniya di Pulau Sapudi. Secara teritorial kepulauan Sapudi masuk daerah Kabupaten Sumenep. Sebagai daerah yang secara geografis kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan daerah perkotaan atau Sumenep daratan lainnya, akses transfortasi dan alat komunikasi yang sulit pada waktu itu membuat daerah kepulauan ini tertinggal secara infrastruktur dari daerah lainnya, butuh waktu kurang lebih 6 jam perjalan di tengah laut menuju Kota Sumenep dan 8 jam perjalanan menuju Situbondo.
Umumnya masyarakat kepulauan, mereka memiliki kultur berdamai dengan lingkungan, pasrah terhadap keadaan alam. Kehidupan yang sulit membuat anak-anak kepulauan tidak melanjutkan pendidikan, umumnya mereka hanya lulus sekolah dasar (SD) dan sebagian kecil saja yang tamat sampai sekolah menengah, apalagi kuliah, hanya bisa dihitung dengan jari.
Asnawan menuturkan, “Bagi masyarakat kepulauan pada waktu itu berpandangan buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh nanti juga tidak akan jadi apa-apa dan siapa-siapa. Lebih baik bekerja diladang atau dilaut membantu orang tua menjaring ikan, itu lebih menguntungkan.”
Namun tidak bagi Asnawan. Di tengah himpitan ekonomi yang menyesakkan, dan apatisme kultur masyarakat kepulauan, dia tetap semangat mengenyam pendidikan. Hal itu bisa dilihat pada rekam jejak pendidikannya. Pada tahun 1994 lulus SD Negeri Nyamplong Gayam Sapudi, tahun 1999 lulus Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Nyamplong Gayam Sapudi.
Lulus dari MTs, Asnawan melanjutkan sekolah diluar kepulauan Sepudi, dia berlabuh di Situbondo. Dia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah (MA) Fathus Salafi Tanjung Rejo Mangaran, lulus tahun 2002. Di madrasah inilah Asnawan mulai mengenal dan aktif di OSIS dan sekaligus mondok di lembaga Pondok Pesantren Misykatul Ulum Situbondo.
Tidak puas hanya tamat MA/SMA, pada tahun 2002 Asnawan melanjutkan ke Jenjang S-1 di STAIN Jember (sekarang IAIN Jember) Prodi PAI lulus 2008. Selama dikampus dikenal sebagai aktivis. Dia aktif diorganisasi baik intra maupun ekstra. Di organisasi ekstera, dia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sedangkan di organisasi intra dia menjabat presiden mahasiswa (Presma) pada tahun 2007.
Sebagai aktivis-organisatoris, tentunya banyak menyita waktu dan tenaga, namun Asnawan bisa membagi waktu dengan baik. “Waktu laksana pedang. Waktu terus berjalan, apapun yang terjadi, apapun yang kita lakukan. Kalau sesuatu tidak kita lakukan, waktu akan memotong kita karena kita telah menyia-nyiakannya,” katanya.
Di situlah penyesalan selalu datang di saat akhir. “Makanya walau saya aktif diorganisasi tidak meningalkan tradisi akademik sebagai mahasiwa, saya selalu menulis dan berdiskusi. Dari organisasi intra dan ekstra inilah, saya mengaku banyak pengalaman dan ilmu yang didapat pada saat itu, dan manfaatnya dirasakan betul ketika sudah jadi alumni baik secara individu maupun dalam masyarakat,” kisahnya.
Setelah Lulus dari STAIN Jember tahun 2008, Asnawan melanjutkan Jenjang S-2 Pendidikan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sebagai seorang aktifis organisatoris- akademis sejak di kampus Jember, dia tidak pernah berhenti untuk terus berproses mengasah intelektualitasnya. Di jogja dia aktif di FS-KMMY (Forum silaturrahim keluarga mahasiswa Madura Yogyakarta), Ketua Dieloge Institut Yogyakarta, yakni forum Komunikasi Lintas Pasca. Berbekal berbagai pengalaman organisasi sejak MA/SMA hingga mahasiswa.
Saat lulus dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010, dia langsung diterima menjadi dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah (STAIFAS) sekarang menjadi institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah (INAIFAS) kencong-Jember, mengajar di program studi pendidikan agama Islam (PAI). Selain di INAIFAS dia pernah mengajar dibeberapa perguruan tinggi di Jember, Dosen Politeknik Negeri Jember (Tahun 2010-2017), dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember (Tahun 2010-2017), dan dosen Institut Agama Islam Al Qodiri Jember (Tahun 2015-2017)
Dari Dusun Krajan II Desa Jombang Kencong-Jember, Asnawan mulai merintis karir akademiknya. Di INAIFAS Asnawan terhitung dosen muda yang produktif dan progresif, sehingga karir akademiknya cepat meroket, padahal dia dosen pendatang baru. Beberapa jabatan strategispun diamanahkan kepadanya; dimulai menjabat Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2010-2018. Dan sekarang menjabat Wakil Rektor I Bidang Akademik Institut Agama Islam Al Falah Assunniyyah (INAIFAS) Kencong Jember periode tahun 2018-2023.
Selain aktif dijalur akademik, Asnawan juga aktif di organisasi sosial masyarakat, aktif di LAKPESDAM NU, dan sekarang menjabat Sekretaris GP Ansor Kencong Jember. Di tengah kesibukannya, dia tetap produktif berkarya. Ada 26 artikel di jurnal dan Koran nasional. Ada 10 buku yg sudah ditulis di antaranya: Kapita selekta pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam dalam Bingkai Ke Indonesian (Kencana Prenada Media Group,Jakarta 2017) Gender and Peace Building: Studi Agensi Perempuan dalam Membangun Perdamaian (Bildung Pustaka Utama, Yogyakarta, 2018) Gender and Peacebuilding A Study Of The Iron Sand Conflict In Wotgalih Village Yosowilangon Lumajang East Java (Faculty of Cultural Science Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2019) Tuhan Maaf Kami Lupa: Sehimpun Kisah Pengingat hati yang lalai. (Laksana Yogyakarta, 2019). Kaki Langit Pendidikan Islam, (Penerbit Nuansa Cendikia Bandung 2020).
Prestasi yang sudah diraih saat ini, tidak membuatnya berpuas hati. Asnawan di tahun 2020 berhasil meraih gelar doktor bidang Pendidikan Agama Islam di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ketika ditanya kunci keberhasilan prestasinya, si anak pulau ini menjawab, “Niati segala sesuatu itu sebagai proses belajar dan mencari barokah, agar menjadi orang yang bermanfaat kepada orang lain.”
Selain itu, Asnawan menambahkan, doa dan dukungan orang tua itu penting. Dia mengaku beruntung walaupun kedua orang tuanya hanya petani dan tidak lulus sekolah dasar (SD) namun sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Kedua orang tuanya adalah pahlawan yang mengantarkannya menjadi orang yang sukses secara akademik dan organisasi. (Hatta)