Rifka Herliani; Berprestasi dan Menyukai Kompetisi
Rifka Herliani; Berprestasi dan Menyukai Kompetisi
“Cantik, namun bodoh itu seperti sampah. Wanita cantik juga belum tentu menjamin value seseorang”
Memiliki Back Ground Tata Rias Kecantikan Kulit
Baginya, cantik bukan sekadar urusan fisik. Cantik harus selaras dengan kualitas diri. Berawal dari prinsip itu, Rifka Herliani bertekad untuk berprestasi di tengah teman-temannya yang memiliki back ground pesantren. Kini, hasil jerih payahnya bisa dilihat bersama. Sampai duduk di semester tujuh, gadis kelahiran lumajang 22 tahun silam ini selalu mendapatkan IP 4,00 dan hanya sekali mendapatkan IP 3, 97. Jika ada yang beranggapan bahwa waktunya hanya untuk mengejar IPK, itu salah besar. Banyak kegiatan yang dijalaninya selain kuliah. Bahkan, sampai saat ini, ia masih menekuni hobinya sebagai seorang perias. Menurutnya, hobi bisa menjadi rezeki.
Rifka mampu menghasilkan uang dengan menerima rias wisuda atau berbagai event yang mengharuskan untuk berdandan. Dari situlah, ia berlatih bekerja. Keahlianya itu, ia dapat dari bangku SMKN II Lumajang tempat ia menimba ilmu sebelum masuk kuliah di Prodi PAI IAIN Jember. Jadi, kemampuannya ia dapat dari sana.
Sempat Minder karena Hanya Nyantri Tiga Tahun
Tidak memiliki back ground pesantren seperti halnya mahasiswa PAI lainnya, Rifka sempat minder. Ia sadar betul kemampuannya tidak seperti yang lain. Misalnya, terkait nahwu dan shorof, ia merasa tak semahir teman-temannya yang memang dari madrasah sudah masuk pesantren. Rifka memang sempat nyantri di salah satu pesantren saat masih di tsanawiyah. Namun, itu hanya berhenti sampai lulus tsanawiyah.
Hanya saja, kegigihanya untuk mengejar ketertinggalan patut diacungi jempol. Itu terbukti dari pencapaiannya yang telah ia raih di Prodi PAI. Ia memiliki segudang prestasi akademik dan non-akademik. Saat dikonfirmasi bagaimana cara belajarnya, ia mengatakan selalu membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari di kampus. Dengan demikian, ia memiliki bahan untuk berdiskusi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran itu. Jadi, tidak perlu heran apabila IPK-nya memang sangat memuaskan. Baginya, itu merupakan salah satu bentuk pertanggungjawabannya kepada orang tuanya.
“Bagi saya, dengan IPK tinggi bisa menunjukkan ke orang tua bahwa saya serius kuliah. Selain itu, agar saya bisa menghargai jerih payah orang tua. Saya juga selalu menekankan kuliah bukan untuk mencari nilai, namun untuk mencari ilmu dan pengalaman. Dengan IPK tinggi, saya berharap IPK itu jadi salah satu tolok ukur saat melamar pekerjaan,” terangnya.
Aktif Belajar Menulis dan Riset
Rifka selain pernah aktif di PMII dan HMPS, juga aktif di berbagai komunitas. Salah satunya, IMC (Intellectual Movement Community). Di komunitas ini, ia didorong dan dilatih untuk bisa menulis dan melakukan riset. Tentunya kegiatan itu dibimbing oleh para dosen yang memang sudah berkecimpung dalam dunia kepenulisan dan penelitian. Jadi, jangan heran jika ia memiliki banyak prestasi dalam riset dan tulisan ilmiah. Prestasinya itu antara lain, juara 1 Perempuan Menulis; juara 1 LKTI Hari Santri; Finalis 10 besar LKTIN di Universitas Muhammadiyah Malang; finalis LTKIN Law Fair IV di Unmuh Jember. Selain itu, risetnya sering diikutkan dalam berbagai call for paper. Call for paper yang pernah diikutinya di antaranya di Universitas Kanjuruhan Malang, IAIN Kudus, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan Universitas Negeri Malang.
Sederet kegiatannya itu, menurutnya bermanfaat untuk menimba ilmu dari para senior yang sudah doktor, profesor, ataupun magister.
“Bagi saya, suatu kebanggan lolos seleksi LKTI dan call for paper. Selain berkompetisi, saya bisa mempresentasikan karya tulis di depan mahasiswa dari kampus lain, para magister, dan doktoral,” ujarnya. (S-)