Rutin Membaca dan Menulis 10 Menit; Abdul Muis Raih 5 Penghargaan
Meluangkan waktu setiap hari untuk membaca dan menulis adalah amalan rutin Abdul Muis. Menurutnya, dua hal ini bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. “Membaca dan menulis itu bukanlah sekedar hobi, tapi kebutuhan. Hidup kita diubah oleh dua hal, lewat orang yang kita cintai dan buku yang kita baca,” katanya.
Rutin membaca dan menulis sudah dilakukan Muis sejak kecil. Namun, dia semakin terpecut untuk selalu membaca dan menulis sejak tulisan buku pertamanya terbit di Pustaka Pelajar tahun 2015. “Sampai saat ini, ada sekitar 15 buku yang sudah saya tulis, di antaranya: Muhammad Greatest Leader and Manager (Pustaka Pelajar 2015), Guru Asyik Murid Fantastik (Diva Press 2018), Revolusi Pembelajaran 4.0 (Diva Press 2019) dan Remodelling Pembelajaran Bagi Guru (Diva Press 2020).
Muis lahir pada 1 Januari 1986 di Desa Bagon Kecamatan Puger Jember. Dia lahir dari pasangan alm. Bapak Junaidi dan Ibu Siti. Dia mengaku senang karena dengan menulis bisa dikenal dan mengenal banyak orang. Selain itu dia bahagia bisa keliling Indonesia. Melalui tulisannya dia bisa berkunjung keberbagai tempat yang sejak kecil menjadi impiannya, di antaranya: Jakarta, Bengkulu, Samarinda, Musibanyuasin, Makassar, Bogor. Saat ini, semua itu bukan sekadar impian, semua telah menjadi nyata.
Karena ketekunannya menjadi “kutu buku” dan “kuli tinta”, guru agama di SMAN 1 Yosowilangun Lumajang dan alumni S1 PAI STAIN Jember 2009 ini meraih lima penghargaan tingkat kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional di antaranya:
Juara 2 Inovasi Pendidikan Karakter jenjang SMA tingkat nasional Kemendikbud 2017.
Juara 1 Apresiasi Inovasi Pembelajaran Guru PAI SMA Provinsi Jatim 2015.
Juara 1 Apresiasi inovasi pembelajatran Guru PAI Kabupaten Lumajang 2015.
Finalis 10 besar Inovasi Media Pembelajaran SMA Nasional Kembdikbud 2017.
Finalis 5 besar Inovasi Media Pembelajaran SMA Nasional Kembdikbud 2018.
Selain aktif menulis, suami dari Yunita Wulandari ini juga aktif diberbagai organisasi keguruan, dan menduduki jabatan strategis, diantaranya: Ketua MGMP PAI SMA Kabupaten Lumajang (2010 – 2015), Instruktur ICT Direktorat Kemenag RI (2019 – sekarang), Sekbid Pengembangan keilmuan MGMP PAI SMA Prov Jatim (2017 – sekarang) dan Sekbid penelitian dan pengembangan IGI Kab. Lumajang (2017 – sekarang).
Sederet capaian prestasi itu tidak membuatnya puas dan berhenti belajar. Indikasinya pada tahun 2014 dia menyelesaikan S2 di IAIN Jember dan di tahun 2020 dia tercatat mahasiswa program doktor semester satu di perguruan tinggi yang sama.
Saat ditanya apa pesan bagi alumni IAIN Jember agar menjadi lulusan yang kompeten, kompetitif, dan produktif dalam karya ilmiah? Muis menjawab, “Terus belajar. Ini penting sekali, karena tidak semua yang kita dapat di bangku kuliah akan kita dapatkan dan lakukan saat kita terjun di kehidupan nyata dan di masyarakat. Apalagi zaman berkembang sangat dinamis, persaingan masa depan dengan perkembangan teknologi canggih akan berpengaruh besar terhadap perubahan tatanan kehidupan.”
“Maka, belajar sepanjang hayat menjadi kunci kita dapat bersaing dan bertahan di masa depan. Berhenti belajar berarti menyerah dan enggan untuk maju, berhenti membaca berarti binasa, dan berhenti menulis berarti mati,” tambahnya.
Di akhir pesannya, dia teringat kata motivasi Helvy Tiana Rosa, "Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi." (Hatta)